Sumber: pinterest.com
Suatu ketika saya dikasih buku-buku bekas berupa buku soal dan pembahasan oleh ibu kos saya, dari buku soal SMP sampai buku soal ujian saringan masuk universitas. Ketika membuka-buka halaman buku soal dan pembahasan untuk ujian saringan masuk universitas, terdapat soal yang cukup menggelitik saya. Soalnya adalah sebagai berikut:
2+2 adalah …
(1) 5 (2) 4 (3) 6 (4) tidak tahu
Keterangan: (1), (2) dan seterusnya disini sama seperti pilihan jawaban a, b, dan lainnya.
Nah, lho? Soal apa ini? Biasanya soal untuk masuk universitas tidak ada yang sesederhana ini.
Secara intuitif, kita akan mengartikan kata ‘adalah’ sebagai ‘sama dengan’ atau ‘=’ dan kita akan menjawab jawaban (2) 4, benarkah demikian? Maka dari itu saya melihat bagian solusi dari soal tersebut yang ternyata penjelasannya cukup panjang. Berikut penjelasannya:
Membaca soal nomor 1 ini yang hanya berbunyi 2+2 adalah (1) 5 (2) 4 (3) 6 (4) tidak tahu, jawaban yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
- Bagi siswa lulusan SLA yang sebagian besar belum mempelajari Matematika Modern, Boolean Algebra, sistem biner, kalkulus, jawaban untuk 2+2 adalah sama dengan 4.
- Dalam soal ini tulisan adalah bisa diartikan sebagai sama dengan, jadi bagi mereka yang memberikan jawaban “tidak tahu” bukanlah semata-mata didasarkan karena di dalam soal tidak dituliskan sama dengan.
- Bagi mereka yang telah banyak belajar matematika jawaban yang paling tepat untuk menjawab soal 2+2, jawaban adalah “tidak tahu”, karena tanda + tidak selalu berarti jumlah, dan di dalam sistem apakah soal tersebut harus dikerjakan.
Kesimpulan (menurut penulis buku):
- Dalam soal ini, 2+2 bisa dijawab “4” atau “tidak tahu”.
- Melihat ketentuan pada petunjuk Umum nomor 6 yaitu hanya ada satu jawaban yang benar, dan melihat pengikut test adalah siswa SLA yang sebagian besar belum memperoleh Matematika Modern, maka jawaban yang paling tepat adalah 2+2 adalah 4
- Setelah melihat/membaca beberapa tulisan pada surat kabar (Kompas) ternyata pilihan jawaban digunakan sebagai kode pengelompokan untuk penilaian.
Well, ini adalah jawaban yang bagi siapapun akan terdiam sejenak sambil teriak dalam hati “IT’S A TRAP!”. Tapi berdasarkan kesimpulan terakhir bahwa ternyata pilihan jawaban digunakan sebagai kode pengelompokan untuk penilaian, saya jadi bingung apa berarti jawaban (1) dan (3) bisa jadi benar? Pada sistem yang mana? atau apa memang jawaban (2) dan (4) saja yang benar/dipakai untuk pengelompokan?
Sumber:
Soal-Soal & Pembahasan ITB-SKALU-PP I-SIPENMARU-PTN-UMPTN A1 – A2 Matematika – Fisika – Kimia – Biologi – IPA Terpadu oleh Drs. Komarudin, MA, Epsilon Grup Bandung.
Kak mau tanya, itu buku soal-soal dan pembahasan itb-skalu-proyek perintis I-sipenmaru-umptn A1-A2 pembahasannya sampai tahun berkata Kak?
BalasHapusKalau gak salah dari 1975 sampai 1980
BalasHapusSoal seperti itu selalu ada di SOAL NOMOR 1, dan sebelum soal nomor 1, ada perintah, "SOAL NOMOR 1 WAJIB DIJAWAB"
BalasHapusNah, tidak masalah mau jawab yang mana, baik (1) 5, (2) 4, (3) 6, atau (4) tidak tahu.
Yang pasti jika tidak menjawab soal nomor 1, akan mendapatkan nilai 0 (Nol), meski seluruh jawaban ujian selain nomor 1 benar semua.
Perlu diketahui, pada masa itu ITB menggunakan mesin otomatis untuk memeriksa jawaban ujian, namun kemampuan mesin tersebut pada masa itu masih terbatas. Akibatnya dibuat bertahap.
Tahap 1, mesin membagi jawaban ke 5 kelompok sesuai dengan jawaban, yaitu jawaban (1), jawaban (2), jawaban (3), jawaban (4), dan TIDAK MENJAWAB
Tahap 2, Jawaban (1) diperiksa oleh mesin (1), Jawaban (2) diperiksa oleh mesin (2), Jawaban (3) diperiksa oleh mesin (3), Jawaban (4) diperiksa oleh mesin (4), TIDAK MENJAWAB Soal 1 TIDAK DIPERIKSA ATAU DIBUANG
Selain tujuannya terkait dengan kapasitas mesin, juga karena ITB berusaha memilih mahasiswa yang patuh dan siap mengambil risiko..